MAKALAH TAFSIR
TAFSIR SURAT ADZ-DZAARIYAAT AYAT 56
Di ajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir
Dosen pembimbing: Dra. Juwariyah
Disusun Oleh :
Muhimmatul
Farihah (11470016)
KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2013
BAB I
PENDAHULUN
A.
Latar Belakang
Jin dan manusia dijadikan oleh Allah untuk beribadah kepada-Nya. Tegasnya, Allah menjadikan kedua makhluk itu sebagai
makhluk-makhluk yang mau beribadah, diberi akal dan panca indera yang mendorong mereka menyembah Allah, untuk
beribadahlah tujuan mereka diciptakan. Dengan demikian, ibadah yang dimaksud disini
lebih luas jangkauannya daripada ibadah dalam bentuk ritual. Maka kita
harus taat dan patuh kepada semua perintah Allah dan menjauhi laranganya karena
semata-mata jin manusia diciptakan untuk taat kepada Allah.
Ibadah
bukan hanya sekedar ketaatan dan ketundukan, tetapi ia adalah satu bentuk
ketundukan dan ketaatan yang mencapai puncaknya akibat adanya rasa keagungan
dalam jiwa sesorang terhadap siapa yang kepadanya ia mengabdi. Ia juga
merupakan dampak dari keyakinan bahwa pengabdian itu tertuju kepada yang
memilki kekuasaan yang tidak terjangkau arti hakikatnya. Begitulah kurang lebih
pendapat Muhammad ‘Abduh. Ibadah terdiri dari ibadah murni (mahdhah) dan ibadah
tidak murni (ghairu mahdhah). Ibadah mahdhah adalah ibadah yang telah
ditentukan oleh Allah, bentuk, kadar, atau waktunya, seperti shalat, zakat,
puasa dan haji. Ibadah ghairu mahdhah segala aktivitas lahir dan batin manusia
yang dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang diatas, maka penulis merumusakan masalah adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana
asbabun nuzulnya surat Adz-Dzariyaat: 56?
2. Bagaiamana
tafsir surat Adz-Dzariyat ayat 56?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk
mengetahui asbabun nuzulnya surat Adz-Dzariyat:56
2. Untuk
mengetahui bagaimana tafsir surat Adz-Dzariyat ayat 56
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Asbabun Nuzul
Ketika para malaikat mengetahui bahwa Allah SWT akan menciptakan
khalifah di muka bumi. Allah SWT menyampaikan perintah-Nya kepada mereka secara
terperinci. Dia memberitahukan bahwa Dia akan menciptakan manusia dari tanah.
Maka ketika Dia menyempurnakannya dan meniupkan roh di dalamnya, para malaikat
harus bersujud kepadanya. Yang harus dipahami bahwa sujud tersebut adalah sujud
penghormatan, bukan sujud ibadah, karena sujud ibadah hanya diperuntukkan
kepada Allah SWT.
B. Surat
Adz-Dzariyat Ayat 56
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
وَمَا
خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُون
Artinya: ” Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka menyembahKu”. (Qs, Adz Dzaariyat: 56)[1]
Makna Mufrodat Dan Kandungan Ayat :
Didahulukannya penyebutan kata (الجن) Jin
dari kata (الإنس) manusia karena jin memang lebih dahulu diciptakan Allah dari
pada manusia. Huruf (ل) pada kata (ليعبدون) bukan berarti agar supaya mereka beribadah
atau agar Allah disembah, sedangankan Menrut Prof. Dr. Muhammad Quraish
Shihab dalam tasirnya, Al-Misbah, penafsiar an ayat di atas adalah sebagai
berikut: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia untuk satu manfaat yang
kembali pada diri-Ku. Aku tidak menciptakan mereka
melainkan agar tujuan atau kesudahan aktivitas meraka adalah beribadah
kepada-Ku.
Ayat di atas menggunakan bentuk
persona pertama (Aku), karena memang penekannya adalah beribadah kepada-Nya
semata-mata, maka redaksi yang digunakan berbentuk tunggal dan tertuju
kepada-Nya semata-mata tanpa memberi kesan adanya keterlibatan selain Allah
swt, huruf lam disini sama dengan huruf lam dalam firman Allah SWT:
“ Maka dipungutlah ia oleh keluarga Fir'aun
yang akibatnya Dia menja- di musuh dan Kesedihan bagi mereka. Sesungguhnya Fir'aun dan Ha- man beserta tentaranya adalah orang-orang yang
bersalah.”
Bila huruf lam pada liyakuna
dipahami dalam arti agar supaya, maka di atas seperti: maka dipungutlah dia
oleh keluarga fir’aun agar supaya dia Musa yang dipungut itu menjadi musuh
dengan kesedihan bagi mereka.
Thabathaba’I memahami huruf lam
pada ayat yang ditafsirkan dalam arti agar supaya, yakni tujuan penciptaan
manusia dan jin adalah untuk beribadah. Ulama ini menulis bahwa tujuan apapun
bentuknya adalah sesuatu yang digunakan oleh yang bertujuan untuk
menyempurnakan apa yang belum sempurna baginya atau menanggulangi kebutuhan/ kekurangannya.
Tentu saja hal ini mustahil bagi Allah SWT, karena dia tidak memiliki
kebutuhan. Dengan demikian tidak ada lagi baginya yang perlu disempurnakan.
Namun disisi lain, suatu perbuatan yang tidak memiliki tujuan adalah perbuatan
sia-sia yang perlu dihindari.
Mengapa, hai
Muhammad, kamu diperintahkan untuk memperingatkan umat manusia? Kamu
diperintahkan untuk memperingatkan bahwa jin dan manusia tidak diciptakan
kecuali untuk beribadat kepada-Ku.
Jin dan manusia dijadikan oleh Allah untuk beribadah kepada-Nya. Tegasnya, Allah menjadikan kedua makhluk itu sebagai
makhluk-makhluk yang mau beribadah, diberi akal dan panca indera yang mendorong mereka menyembah Allah, untuk
beribadahlah tujuan mereka diciptakan. Dengan demikian, ibadah yang dimaksud disini
lebih luas jangkauannya daripada ibadah dalam bentuk ritual. Tugas kekahlifahan
termasuk dalam makna ibadah dan dengan demikian hakekat ibadah mencakup dua hal
pokok.
Pertama : kemantapan makna penghambaan diri kepada Allah dalam hati setiap
insan.
Kedua : mengarah
kepada Allah dengan setiap gerak pada nurani, pada setiap anggota badan dan
setiap gerak dalam hidup.[2]
Beberapa ulama berpendapat bahwa ayat ini hanya khusus
mengenai orang yang telah diketahui oleh Ilmu Allah bahwa ia pasti akan
menyembah-Nya, oleh karena ayat ini menggunakan lafadz yang umum dengan makna
yang khusus. Perkiraan yang dimaksud adalah tidak Aku ciptakan penduduk surga dari
jin dan manusia kecuali untuk menyembahnya.
Al Qusyairi ayat ini pastilah memasuki oleh takhshish
(pengkhususan dan pembatasan), karena tidak mungkin orang gila dan anak-anak
kecil diperintahkan untuk beribahadah.
Allah juga berfirman dalam Surat Al A’raaf: 175
وَلَقَدْ
ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالإنْسِ
“ Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (Isi neraka
jahannam kebanyakan dari jin dan manusia”. (Qs. Al A’raaf : 175).[3]
Sementara orang-orang yang memang diciptakan juga untuk
beribadah oleh karena itu ayat diatas kemungkinan besar dimaksudkan kepada
orang-orang yang beriman saja. Hal ini sama persis seperti yang disebutkan
dalam Firman Allah:
قَالَتِ
الأعْرَابُ آمَنَّا“ Orang-orang arab badui itu
berkata: Kami telah beriman”.[4]
Dimana tidak semua orang Arab badui mengatakan mereka
telah beriman, hanya sebagian mereka yang mengatakan hal itu. pendapat ini
disampaikan oleh Adh-Dhahhak, Al Kindi, Al Faraa’, dan Al Qutabi.
Pendapat ini diperkuat oleh qira’ah yang dibaca oleh
Abdullah, yaitu wamaa khalaqtu al jinna wal insa minal mu’minin illa
liya’budun (dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia dari golongan
orang-orang yang beriman, kecuali untukmenyembah-Ku)[5]
Penafsiran ini ditunjukan oleh apa yang dinyatakan
dalam sebuah hadist:
كنت كنز
ا مخفيا فاردت ان اعرف : فخلخت ا لخلق فبى عرفونى
“Aku adalah simpanan yang tersembunyi lalu Aku
mengehandaki supaya dikenal. Maka Aku pun menciptakan makhluk. Maka oleh karena
Akulah mereka mengenal Aku”.
Demikian kata mujtahid. Dan begitu diriwayatkan dari
Mujahid, bahwa ayat ini adalah: kecuali supaya Aku memerintahkan mereka dan
melarang mereka.[6]
Ali bin abi Thalib menafsirkan makna ayat ini diatas
adalah tidak Aku ciptakan jin manusia kecuali aku perintahkan mereka untuk
beribadah pendapat inilah yang dijadikan sandaran oleh Az Zajjaj, ia
menambahkan: Hal ini ditunjukan oleh firman Allah SAW.[7]
وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لا إِلَهَ إِلا
هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ
“Padahal padahal mereka disuruh menyembah Tuhan Yang
Maha Esa. Tidak ada Tuhan selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka
persekutuan”.
(At-Taubah, 9:31)
Apabila dikatakan: bagaimana mungkin ada manusia yang
berbuat kafir kepada Allah padahal mereka diciptakan untuk bersaksi atas ke
Tuhanan-Nya dan tunduk kepada perintah dan kehendak-Nya.
Dijawab: Mereka memang harus tunduk kepada takdir yang
ditetapkan atas mereka, karena takdir mereka pasti akan terjadi dan mereka
tidak akan mungkin mampu untuk menghindar darinya. Mereka hanya berbuat kepada
takdir-nYa itu tidak dapat dihindari.[8]
Sementara itu segolongan mufassir berpendapat bahwa
arti ayat diatas adalah:kecuali supaya mereka tunduk kepada-Ku dan merendahkan
diri yakni, bahwa setiap makhluk dari jin atau manusia tunduk kepada keputusan
Allah, patuh kepada kehendak-Nya dan menuruti apa yang telah Dia takdirkan
atasnya. Allah menciptakan mereka menurut apa yang Dia Kehendaki, dan Allah
memberi rezeki kepada mereka menurut keputusan-Nya, tidak seorang pun di antara
mereka yang dapat memberi manfaat maupun mudharat kepada dirinya sendiri.
Kalimat ini merupakan suruhan agar memberi peringatan,
dan juga memuat alasan dari diperintahkannya memberi peringatan. Karena,
diciptakanya mereka dengan alasan tersebut menyebabkan mereka harus diberi
peringatan yang menyebabkan mereka harus diberi peringatan yang menyebabkan
mereka wajib ingat dan meuruti nasihat.[9]
Dalam tafsir Al Qurthubi sebuah riwayat dari Ibnu Abbas
yang disampaikan oleh Ali bin Abi Thalhah menyebutkan, makna dari firman Allah
SWT,
إِلا لِيَعْبُدُون
“Melainkan Supaya mereka menyembah-Ku”
Arti kata diatas adalah melainkan agar mereka mau
beribadah dengan sukarela ataupun terpaksa itu adalah orang-orang yang diperbuatnya
dilihat oleh orang lain, tidak mutlak hanya karena Allah SWT.
Mujahid menafsirkan bahwa makna firman tersebut adalah
“ Melainkan untuk mengenal-Ku”. Pendapat ini mengundang komentar dari Ats Tsa ‘labi,
ia mengatakan: pendapat mujtahid sangat baik, alasanya karena memang apabila
Allah tidak menciptakan mereka maka tentu mereka tidak akan mengetahui
keberadan-Nya dan Keseaan-Nya. Dalil yang dapat memperkuat penafsiran ini
adalah firman Allah SWT.
وَلَئِنْ
سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ فَأَنَّى يُؤْفَكُونَ
“Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka:
"Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab:
"Allah", maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah
Allah)”.[10]
Dalam Firman Allah yang lainya
وَلَئِنْ
سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ لَيَقُولُنَّ خَلَقَهُنَّ
الْعَزِيزُ الْعَلِيمُ
“Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka:
"Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?", niscaya mereka akan
menjawab: "Semuanya diciptakan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui".[11]
Niscaya mereka akan menjawab: Semuanya diciptakan oleh
Maha perkasa lagi Maha Menegatahui”. Sebuah riwayat lain dari mujtahid yang
menafsirkan ayat ini menyebutkan bahwa, bahwa makna dari kalimat tersebut
adalah melainkan Aku dapat memerintahkan dan melarang mereka.
Zaid bin Aslam menafsirkan, maksud dari firman tersebut
adalah mengenai kesengsaraan dan kebahagiaan yang diciptakan untuk jin dan
manusia sebelumnya, yakni mereka akan merasakan kebahagiaan diakhirat nanti
adalah memang diciptakan untuk beribadah, sedangkan mereka yang akan merasakan
kesengsaraan di akhirat nanti adalah jin dan manusia yang diciptakan senang
berbuat maksiat.
Sebuah riwayat lain dari Al Kindi yang menafsirkan ayat
ini menyebutkan, bahwa maknanya adalah: melainkan agar mereka dapat mengesakan
Aku, dimana orang-orang yang beriman akan mengesakan aku pada saat senang
ataupun sengsara, sedangkan orang-orang yang kafir hanya mengesakan Aku pada
saat mereka kesulitan saja, tidak pada saat mereka mendapatkan kesenangan. Hal
ini ditunjukan pada firman Allah SWT.
وَإِذَا
غَشِيَهُمْ مَوْجٌ كَالظُّلَلِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ
فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ فَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمَا يَجْحَدُ
بِآيَاتِنَا إِلا كُلُّ خَتَّارٍ كَفُورٍ
“Dan apabila mereka dilamun ombak yang besar seperti
gunung, mereka menyeru Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya maka tatkala
Allah menyelamatkan mereka sampai di daratan, lalu sebagian mereka tetap
menempuh jalan yang lurus. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami selain
orang-orang yang tidak setia lagi ingkar”.[12]
Ikrimah menafsirkan maknanya adalah: melainkan hanya
untuk menyembah-Ku dan taat kepada-Ku, agar Aku dapat memberikan pahala bagi
siapa saja yang rajin beribadah dan Aku akan menghukum bagi siapa saja yang
ingkar.
Ada juga yang menafsirkan maknanya adalah melainkan Aku
meminta mereka untuk menyembah-Ku. Sementara makna-makna yang disebutkan ini
tidak jauh berbeda, dimana kata ‘abada adalah menyembah, dan makna awal
dari kata ‘Ubudiyah (mempersembah) adalah tunduk dan patuh terhadap yang
disembah. Sedangkan makna kata ta’bid, i’tibaad dan Istib’aad
adalah menundukan atau mengambil seseorang untuk dijadikan hamba. Kata ibadah
maknaya adalah taat, adapun ta’abbud artinya ibadah melaksanakan peribadatan.
Oleh karena itu, makna utama untuk kata لِيَعْبُدُون
pada firman diatas adalah agar mereka tunduk, patuh, dan melakukan peribadatan.[13]
Pada ayat di atas menegaskan bahwa Allah menciptakan
jin dan mausia adalah menyuruh mereka mengerjakan amar dan menegah mereka dari mengerjakan
mungkar.[14]
Nilai yang terkandung dalam surat Adz Dzariyat ayat 56
adalah sebagaiberikut:
1. Kita sebagai mnausia ciptaan Allah, maka seharusnya kita beriman kepada
Allah dan patuh atas segala perintah-Nya.
2. Kita
hendaknya taat dan tunduk terhadap perintah Allah.
3. Jika kita
murka kepada Allah, maka Allah akan memberi azab yang pedih kepada kita dan
tidak ada seorangpun yang mampu menolak azab tersebut, dan juga tidak ada
seorangpun yang dapat menolong kita untuk menghindari azab tersebut.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Tujuan hidup kita yaitu mengabdi atau
bekerja untuk ALLAH guna mendapatkan kebahagian dunia dan akhirat dengan
melalui ridha-Nya.
Demikianlah ALLAH memberitahukan,
apa tujuan hidup manusia di bumi ini menurut ALLAH yang menciptakan manusia,
sebagaimana yang telah dikemukakan dalam ayat-ayat dalam Pembahasan. Dan ALLAH
menciptakan jin dan manusia semata-mata hanya untuk menyembah dan beribadah
kepada-Nya.
Mudah-mudahan
kita sebagai pekerja-pekerja atau hamba-hamba ALLAH yang baik,yang taat, maka
marilah kita perbaharui niat dan tujuan hidup kita semoga kita semua mendapat
kasih sayang , kepercaaan dan cinta ALLAH. Semoga hidup yang sekali ini akan sukses dan diberkahi oleh ALLAH. Nilai yang terkandung dalam surat Adz Dzariyat ayat 56
adalah sebagai berikut : Kita sebagai mnausia ciptaan Allah, maka
seharusnya kita beriman kepada Allah dan patuh atas segala perintah-Nya, Kita hendaknya taat dan tunduk terhadap perintah
Allah. Jika kita murka kepada Allah, maka Allah akan memberi
azab yang pedih kepada kita dan tidak ada seorangpun yang mampu menolak azab
tersebut, dan juga tidak ada seorangpun yang dapat menolong kita untuk
menghindari azab tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qurthubi, Syaikh Imam. 2009. Tafsir Al Qurthubi. Jakarta:
Pustaka Azzam.
Al
Maraghi, Ahmad Musthafa. 1989. Tafsir Al Maraghi. Semarang: Tahaputra
Ash-Shiddieqy.
1973.
Tafsir Al Qur’anul Madjied An Nur.
Jakarta: Bulan Bintang
file:///C:/Users/asus/ Nurul Blogspot. Documents/makalah-tafsir.html (tanggal 18 Maret
2013, Pukul 9:45)
[2]
file:///C:/Users/asus/Documents/makalah-tafsir.html
(tanggal 18 Maret 2013, Pukul 9:45)
[3] (Qs. Al
A’raaf:175)
[4]( Qs. Al
A’raaf:179)
[5] Syaikh Imam Al
Qurthubi, Tafsir Al Qurthubi, (Jakarta:Pustaka Azzam, 2009), hlm. 293-294
[6] Ahmad Musthafa
Al Maraghi, Tafsir Al Maraghi, (Semarang: Tahaputra, 1989), hlm. 20-21
[7] Syaikh imam Al
Qurthubi .Tafsir Al Qurthubi...,hlm. 295
[8]
Ibid.,195
[9] Musthafa Al
Maraghi, Tafsir Al Maraghi...,hlm. 21
[10]
(Qs. At
Taubah:31)
[11] (Qs.
Az-Zukruf:87)
[12] (Qs. Luqmaan :
32).
[13] Syaikh Imam Al
Qurthubi, Tafsir Al Qurthubi...,hlm. 295-296
[14] Hasbi Ash
Shiddieqy, Tafsir Al Qur’anul Madjied An Nur, (Jakarta: Bulan Bintang,
1973), hlm. 15
syukran, artikelnya sangat bermanfaat bagi saya,,,jazakallah
BalasHapusAlhamdulillah, bagus sekali...hatur nuhun
BalasHapuskeren saya suka
BalasHapusMaa Syaa Allah.. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang ilmu Al Qur'an . Barakallahu lakum wa baraka alaikum
BalasHapus